Di luar negeri, khususnya di Amerika Serikat, dua badan utama,
yaitu Federal Centers for Disease Control (FCDC) dan Alan Guttmacher Institute
(AGI), telah mengumpulkan data aborsi yang menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang
dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika -- yaitu hampir 2 juta jiwa -- lebih
banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang mana pun dalam
sejarah negara itu. Sebagai gambaran, jumlah kematian orang Amerika Serikat
dari tiap-tiap perang adalah: Perang Vietnam 58.151 jiwa, Perang Korea 54.246
jiwa, Perang Dunia II 407.316 jiwa, Perang Dunia I 116.708 jiwa, Civil War
(Perang Sipil) 498.332 jiwa. Secara total, dalam sejarah dunia, jumlah
kematian karena aborsi jauh melebihi jumlah orang yang meninggal dalam semua
perang jika digabungkan sekaligus (www.genetik2000.com).
Data tersebut ternyata sejalan dengan data statistik yang menunjukkan bahwa
mayoritas orang Amerika (62 %) berpendirian bahwa hubungan seksual dengan
pasangan lain, sah-sah saja dilakukan. Mereka beralasan toh orang lain
melakukan hal yang serupa dan semua orang melakukannya (James Patterson dan
Peter Kim, 1991, The Day America Told The Thruth dalam Dr. Muhammad Bin Saud Al
Basyr, Amerika di Ambang Keruntuhan, 1995, hal. 19).
Bagaimana di Indonesia? Di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini, sayang
sekali ada gejala-gejala memprihatinkan yang menunjukkan bahwa pelaku aborsi
jumlahnya juga cukup signifikan. Memang frekuensi terjadinya aborsi sangat
sulit dihitung secara akurat, karena aborsi buatan sangat sering terjadi tanpa
dilaporkan kecuali jika terjadi komplikasi, sehingga perlu perawatan di rumah
sakit. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000
kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Berarti ada 2.000.000
nyawa yang dibunuh setiap tahunnya secara keji tanpa banyak yang tahu
(Aborsi.net). Pada 9 Mei 2001 Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (waktu itu)
Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa dalam Seminar ?Upaya Cegah Tangkal terhadap
Kekerasan Seksual Pada Anak Perempuan? yang diadakan Lembaga Perlindungan Anak
(LPA) Jatim di FISIP Universitas Airlangga Surabaya menyatakan, ?Angka aborsi
saat ini mencapai 2,3 juta dan setiap tahun ada trend meningkat.?
(www.indokini.com). Ginekolog dan Konsultan Seks, dr. Boyke Dian Nugraha,
dalam seminar ?Pendidikan Seks bagi Mahasiswa? di Universitas Nasional Jakarta,
akhir bulan April 2001 lalu menyatakan, setiap tahun terjadi 750.000 sampai 1,5
juta aborsi di Indonesia (www.suarapembaruan.com).
Dan ternyata pula, data tersebut selaras dengan data-data pergaulan bebas di
Indonesia yang mencerminkan dianutnya nilai-nilai kebebasan yang sekularistik.
Mengutip hasil survei yang dilakukan Chandi Salmon Conrad di Rumah Gaul binaan
Yayasan Pelita Ilmu Jakarta, Prof. Dr. Fawzia Aswin Hadis pada Simposium Menuju
Era Baru Gerakan Keluarga Berencana Nasional, di Hotel Sahid Jakarta
mengungkapkan ada 42 % remaja yang menyatakan pernah berhubungan seks; 52 % di
antaranya masih aktif menjalaninya. Survei ini dilakukan di Rumah Gaul Blok M,
melibatkan 117 remaja berusia sekitar 13 hingga 20 tahun. Kebanyakan dari
mereka (60 %) adalah wanita. Sebagian besar dari kalangan menengah ke atas yang
berdomisili di Jakarta Selatan (www.kompas.com).
Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa aborsi memang merupakan problem
sosial yang terkait dengan paham kebebasan (freedom/liberalism) yang lahir dari
paham sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan (Abdul Qadim Zallum,
1998). (hayatulislam.net dikutif dari osdir.com)
Lihat Artikel Lainnya :
- Data Jumlah Pelaku Aborsi (1)
- Data Jumlah Pelaku Aborsi (2)
- Data Jumlah Pelaku Aborsi (3)
- Data Jumlah Pelaku Aborsi (4)
- Data Jumlah Pelaku Aborsi (5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis di kolom komentar pidato tema apa yang anda butuhkan?