Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, ungkapan ini tidak berlaku di Amerika karena pemerintah AS ternyata tidak memberikan jaminan kesejahteraan bagi ratusan ribu veteran perangnya yang kembali dari medan perang di Irak dan Afghanistan.
Aaron Glantz, wartawan yang memfokuskan liputannya pada nasib para veterang perang AS yang pernah bertugas di Irak dan Afghanistan mengungkapkan, saat ini ada sekitar 200.000 veteran perang Irak dan Afghanistan yang menjadi gelandangan.
“Setiap malam, 200.000 orang yang pernah mengenakan seragam dan mengabdi pada negeri ini tidur di jalan-jalan karena tidak punya rumah,” kata Glantz.
Ia melanjutkan, “Coba bayangkan, Anda pulang dari Irak dalam kondisi mengalami stress pasca trauma, mengalami luka mental, mengalami gangguan otak atau mengalami kerusakan otak secara fisik akibat terkena ledakan bom yang dipasang di jalan. Tapi hal pertama yang Anda lakukan ketika pulang, harus mengisi formulir sebanyak 26 halaman untuk menjelaskan bagaimana Anda bisa terluka, apakah Anda mendapatkan surat keterangan pendukung dari rekan ada di medan perang dan dari para komandan Anda.”
Menurut Glantz, tentara-tentara AS yang pernah bertuga di Irak dan Afghanistan dan mengalami apa yang disebut post-traumatic stress disorder (PTSD) harus bisa memastikan bahwa luka dan trauma yang dialaminya memang karena perang, bukan karena kecelakaan biasa lainnya.
Glantz mengatakan, bukan hanya para veteran perang Irak dan Afghanistan yang sulit mendapatkan kompensasi dan jaminan kesehatan, hal serupa juga dialami para veteran Perang Teluk yang terjadi tahun 1991 lalu. Pihak berwenang di AS malah dengan entengnya mengatakan bahwa apa yang disebut sindrom Perak Teluk yang dialami para tentara AS dinyatakan tidak ada dan tidak terdiagnosis.
Glantz mengecam pemerintahan Bush sebagai orang yang telah mengobarkan perang di Irak dan Afghanistan , tapi menelantarkan nasih tentara-tentaranya. “Kita tidak bisa melupakan 1,8 juta veteran perang Irak dan Afghanistan yang baru kembali ke tengah masyarakat. Jika kita tidak ditangani sekarang, AS akan melihat makin meningkatnya statistik jumlah tentaranya yang stress, mengalami gangguan mental dan akhirnya bunuh diri,” tukas Glantz.
Selain 200.000 veteran perang Irak dan Afghanistan yang menjadi gelandangan, Glantz mengatakan bahwa ada sekitar 300.000 veterang perang di AS yang mengalami gejala PTSD. (ln/mol/ermslm)
Mampus Loh !! orang-orang Jahat !!
BalasHapusRasakan wahai tentara yang jahat dan keji !!
BalasHapusnanti di akhirat pembalasan dari Tuhan akan lebih dahsyat dari itu karena kejahatan kalian di dunia yang selalu membunuh, memperkosa dan berbuat brutal dan sadis terhadap orang muslim yang tak berdosa !!!!
Biar pada mampus dan tewas secara mengenaskan tentara-tentara AS, Israel, Rusia, Inggris, Serbia, NATO dll yang kerjaannya selalu membunuh manusia yang tak berdosa !!
BalasHapusYa Tuhan balaslah perbuatan orang-orang dan tentara-tentara AS, Israel, Inggris, Spanyol,Rusia, Serbia, NATO yang selalu merusak kehidupan bangsa lain !!
BalasHapusYa kan ga semua tentaranya kan yg kejam gitu..
BalasHapusreaksi lo tuh berlebihan... terlalu fanatik gitu..
yg salah tuh para pemimpinnya yg ga becus..
gmn lo jadi bawahan masa perintah jendral lo bantah mati la lo...